Prasasti Peninggalan di Bengkulu Tengah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya. Dalam kesempatan ini, kami mengenang dan merenungi prasasti peninggalan di Bengkulu Tengah, sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Prasasti-prasasti ini menjadi bukti sejarah yang berharga, mencerminkan masa lalu yang kaya dan bervariasi dari daerah ini. Dengan penggunaan bahasa dan simbol yang unik, prasasti-prasasti ini memberikan informasi tentang kepercayaan, adat, dan nilai-nilai masyarakat pada masa itu.
Melalui upaya pelestarian dan penghormatan terhadap prasasti-prasasti ini, kita dapat mempelajari dan menghargai warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Kita juga dapat memastikan bahwa warisan ini tetap terjaga dan dihargai oleh generasi mendatang.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam upaya pelestarian dan penghormatan terhadap prasasti peninggalan di Bengkulu Tengah. Semoga usaha ini dapat terus dilanjutkan, sehingga prasasti-prasasti ini tetap menjadi saksi bisu dari sejarah Indonesia yang kaya dan bervariasi.
5 Bangunan Sejarah Peninggalan Kolonial Inggris di Bengkulu
Bangunan sejarah peninggalan kolonial Inggris banyak yang masih bertahan di Kota Bengkulu. Ibukota propinsi Bengkulu sudah dikenal sarat dengan sejarah. Peninggalan sejarah dari berbagai era ada di sini. Pasti para penggemar wisata minat khusus sejarah akan sangat menyukainya. Sebutlah ini sebagai heritage trail yaitu perjalanan menapaki jejak-jejak sejarah berupa bangunan-bangunan tua sarat makna. Di kota Bengkulu ada 5 buah bangunan peninggalan kolonial Inggris yang masih tetap bertahan.
Pemerintahan kolonial Inggris menguasai Propinsi Bengkulu selama lebih kurang 140 tahun (1685 – 1825).
Darimana kita mulai?
Bangunan-bangunan peninggalan penjajahan Inggris di Indonesia itu letaknya berdekatan di wilayah yang disebut Kampung. Penamaan ini mungkin merujuk pada Kampung Cina yang ada di sekitar lokasi itu juga. Di sini bangunan peninggalan Inggris bercampur baur dengan rumah bergaya Cina. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi area komersial. Ada banyak toko, pasar dan sebuah kantor pos bergaya tahun 60an, alun-alun dan view tower yang tak berfungsi maksimal.
1. Gedung Daerah, rumah Raffles di Bengkulu
Di kota Bengkulu ada sebuah rumah megah yang dulu pernah dihuni oleh para gubernur jenderal Inggris, salah satunya yang sangat terkenal adalah Thomas Stamford Raffles. Lokasi bangunan ini di Pasar Jitra. Kalau naik angkot cari saja yang ke jurusan Kampung, bisa turun persis di depan bangunan bersejarah ini.
Nama Raffles banyak tercatat dalam sejarah Indonesia. Namanya disematkan untuk bunga padma raksasa Rafflesia arnoldii. Bunga itu sudah sangat identik dengan propinsi Bengkulu. Karenanya Bengkulu juga dapat julukan Bumi Rafflesia. Selain itu Raffles juga menghasilkan buku sejarah yang sangat terkenal, The History of Java, juga mendirikan Kebun Raya Bogor.
Rumah bekas tempat tinggal Raffles di Bengkulu sampai kini masih tetap apik setelah tentunya direnovasi. Rumah berubah fungsi menjadi rumah dinas gubernur yang dinamakan Gedung Daerah Balai Raya Semarak.
Gedung putih berhalaman luas ini akan ramai pada sore hari. Pengunjung banyak datang untuk melihat rusa tutul Axis axis. Rusa-rusa jinak itu mau makan dari tangan pengunjung. Makanannya adalah pepaya yang dijual oleh ibu-ibu di luar pagar.
Di depan gedung ada sebuah lapangan, bisa dibilang alun-alun deh. Banyak kegiatan yang mengambil tempat di sini. Pada hari Minggu pagi biasanya ada kegiatan olahraga, seperti jalan santai, bersepeda. Dahulu aku sering ikut senam jantung sehat di sini. Setelahnya bisa sarapan di pasar Barukoto, ada lontong sayur Padang enak he.. he.. atau kalau lebih suka Chinese food ada juga di ruko-ruko seberang Gedung Daerah.
2. Tugu Thomas Parr
Berjalan kaki santai tak sampai 10 menit dari Gedung Daerah akan tampak sebuah bangunan kecil yaitu Tugu Thomas Parr. Tugu berbentuk segi delapan dengan beberapa pilar ini beratap kubah membulat. Pintu masuk ke tugu ini ada tiga buah di depan, samping kanan dan samping kiri. Di dinding ada sebuah prasasti yang tak tebaca lagi akibat dirusak tangan-tangan jahil. Prihatin sekali.
Karena bentuk kubah yang bulat itu makanya orang Bengkulu menyebutnya dengan nama kuburan bulek. Kuburan bulek artinya kuburan bulat.
Kok kuburan sih?
Menurut definisinya tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa yang bersejarah. Nah, tugu bernama kuburan bulek ini memang kuburan atau maosoleum untuk Thomas Parr.
Thomas Parr itu sendiri adalah salah seorang residen dari pasukan Inggris di Bengkulu. Waktu itu rakyat Bengkulu memberontak menentang kesewenang-wenangan penjajahan, dan Thomas Parr pun tewas. Kejadian ini pada 1807. Oleh Inggris setahun kemudian dibuatkan bangunan mausoleum ini. Bagi masyarakat Bengkulu kuburan ini dipandang sebagai bukti mereka tak takluk pada kolonialisme, tetapi melawan sekuat tenaga. Kuburan bulek adalah bukti perjuangan rakyat Bengkulu terhadap penjajahan dari bangsa asing.
3. Benteng Marlborough
benteng marlborough adalah sisa bangunan peninggalan Inggris di Bengkulu yang paling dikenal. Cukup berjalan kaki beberapa menit dari kuburan bulek sudah tampak bentuk bangunan benteng yang persis di samping gerbang masuk Kampung Cina.
Benteng yang dibangun awal abad 18 (1713- 1719) bernama resmi Fort Marlborough. Nama benteng ini diambil dari nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I.
Namun nama Marlborough ini berubah di lidah orang Bengkulu. Mungkin mereka kala itu tak terbiasa dengan nama asing dengan jumlah konsonan yang berurutan sampai tiga buah. Benteng Marlborough mendapat nama baru yang lebih mudah diucapkan oleh orang lokal, Malabro. Sebutan Malabro yang tak membuat lidah terpelintir itu bertahan sampai sekarang. Samalah kebiasaan ini dengan daerah asalku di Tapanuli sana yang tak bisa mengucapkan kata dengan dengan dua atau lebih konsonan tanpa huruf vokal di antaranya.
Bangunan benteng yang jika dilihat dari atas menyerupai kura-kura ini berdiri di sebuah lahan seluas sekitar 44.100 meter persegi. Benteng menghadap ke arah selatan. Bentuk benteng ini sesuai dengan desain asli bangunan yang lazim dibuat di abad ke-17. Benteng dikelilingi parit dan ada jembatannya, terletak di pinggir laut. Nanti akan kubuatkan tulisan khusus mengenai benteng ini, sayang masih banyak foto-foto yang ingin ditampilkan.
Kabarnya Fort Marlborough bukanlah satu-satunya benteng Inggris di Bengkulu. Sebelumnya ada Fort York yang puing-puingnya hampir tak ada lagi. Fort York ditinggalkan karena tergerus erosi dan banjir dari laut dan dibangun Fort Marlborough sebagai penggantinya.
Sebuah sekolah dasar negeri dan beberapa bangunan lain sudah berdiri di atas lahan Fort York, letaknya diperkirakan di atas atap benteng. Pusat Arkeologi Nasional pernah mengadakan penelitian, tetapi diduga puing Fort York yang tersisa hanya seluas 20 meter persegi.
4. Makam Inggris
Bukti lain tentang peradaban yang dibangun East India Company di Bengkulu yaitu adanya makam Inggris (the Christian Cemetery). Jaraknya juga dekat dari benteng Marlborouh kurang lebih sekitar 800 meter ke arah timur. Masih bisa jalan kaki saja, tak usah cari angkot. Makam ini adalah makam untuk ratusan tentara yang meinggal di masa awal kolonisasi. Mereka wafat karena berbagai penyakit tropis akibat sanitasi buruk seperti kolera, malaria, disentri, dan juga korban perang.
Seingatku 20 tahun lalu makam ini penuh sesak, banyak nisan besar bertebaran berantakan. Tetapi waktu itu cuma lihat dari luar, nggak masuk ke dalamnya. Seram. Penampilannya ya seperti pemakaman pada umumnya.
Tetapi kini makam Inggris tampil berbeda. Ada gapura putih di pintu masuk. Lahan pemakaman sudah ditumbuhi rumput hijau. Nisan yang masih ada hanya tinggal sedikit dan ada jarak cukup besar antar nisan. Kesannya kompleks ini jadi setengah kosong.
Area makam Inggris tadinya ada sekitar 1.000 nisan berbagai ukuran yang artistik dan monumental. Luasnya kurang lebih 4,5 hektare. Kok kini menyusut banget, terlihat jauh mengecil, kabarnya hanya tersisa 53 makam. Lahan makam sebagian sudah dibangun gereja dan bangunan lain, juga rumah tinggal.
Ketika kami datang, ada anak-anak bermain di area pemakaman, memang rumahnya di situ dalam kompleks makam. Di sudut lain lagi ada seorang bapak yang tertidur dalam gubuk di bawah pohon cemara. Nisan yang tersisa sebagian miring, prasasti tak terbaca, bahkan dijadikan tempat jemur. Dari jauh kulihat di dalam rumah juga ada nisan.
Thomas Stamford Raffles datang ke Bengkulu disertai istri kedua Sophia Hull, beserta kelima anak mereka. Buruknya sanitasi di masa itu menyebabkan 4 anak mereka wafat dalam usia balita. Sayang, nisannya tak terlacak lagi.
Comments
Post a Comment